|
Kelumpuhan tidur, karena makhluk halus? (Foto: Business Insider) |
Pernahkah Anda mengalami keadaan di mana tubuh tidak bisa digerakan ketika sedang tidur atau setelah bangun tidur? Kejadian seperti ini memang sangat langka tapi juga sering dialami bagi sebagian orang.
Kondisi seperti ini dalam dunia medis disebut
sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Orang yang mengalami kelumpuhan tidur tidak dapat menggerakan tubuhnya walaupun sudah sadar. Selain itu terasa ada sesuatu yang membebani tubuh, paru-paru terasa diremas, dan juga tidak bisa bicara.
Sementara itu banyak orang yang percaya dengan mitos kelumpuhan tidur. Seperti ada makhluk halus yang duduk di atas tubuhnya sambil mencekik tenggorokannya sehingga mereka yang mengalami kelumpuhan tidur tak dapat bergerak atau berbicara. Tapi itu hanya mitos yang tak terbukti kebenarannya.
Kelumpuhan tidur hanya bersifat sementara dan kemudian orang yang mengalami kondisi ini akan dapat bergerak kembali. Tetapi penglaman yang dirasakan tidak akan pernah hilang. Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi?
Seperti yang dikutip
Cerita TheLounge dari
Business Insider, beberapa faktor sosial dapat mempengaruhi prevalensi kelumpuhan tidur. Dalam sebuah studi yang menggabungkan 35 studi dengan total peserta yang mencapai 36.000 orang, para peneliti menemukan bahwa 7,6% yang naik menjadi 28,3% dari orang yang mengalami kelumpuhan tidur yaitu mereka yang memiliki pola tidur yang terganggu.
Dan 31,9% orang yang mengalami kondisi seperti ini adalah mereka yang memiliki gangguan mental, seperti kecemasan dan depresi.
"Ketika Anda mengalami kelumpuhan tidur, Anda menjadi sadar," kata Daniel Denis, seorang kandidat PhD dalam ilmu saraf kognitif dan peneliti di Sleep Paralysis Project, mengatakan kepada
Business Insider.
Denis menjelaskan bahwa inti dari kelumpuhan tidur adalah pikiran Anda terbangun tapi tubuh Anda masih belum terbangun.
Kenapa tidak bisa begerak?
Tidur memiliki tiga atau empat tahap tidur
non-REM (Rapid Eye Movement) dan satu REM. Di sini, REM merupakan yang paling dekat hubungannya dengan mimpi yang tampak lebih nyata.
Saat memasuki fase REM, otak tetap aktif selama fase tersebut, "hampir sebanding dengan siang hari," jelas Denis. Beberapa orang secara alami mengalami lumpuh selama fase REM, mungkin untuk mencegah diri dan bertindak selama bermimpi. Proses ini juga disebut REM atonia.
Banyak yang bangun ketika fase ini dan kemudian membuka mata mereka dan dengan cepat mulai bergerak. Tapi bagi mereka yang mengalami kelumpuhan tidur, mereka diibaratkan seperti jam molekuler yang rusak, jelas Denis.
Untuk beberapa alasan, REM atonia akan terus aktif ketika Anda sudah terbangun. Itulah yang membuat seseorang mengalami kelumpuhan tidur. Kebanyakan orang yang mengalami fase ini hanya memakan waktu beberapa detik dan satu menit. Dalam kasus lain ada yang tidak bisa bergerak selama 10-15 menit sebelum akhirnya mereka bisa bergerak kembali.
Denis juga menjelaskan kemungkinan orang yang mengalami kelumpuhan tidur suka melihat bayangan aneh. Menurutnya, lobus parietal dapat memantau neuron di dalam otak yang nantinya akan memberitahu anggota tubuh untuk bergerak, menurut sebuah studi dari UC San Diego, yang diterbitkan dalam jurnal Medical Hypotheses. Nah, karena tubuh tidak bisa bergerak selama fase kelumpuhan tidur, maka otak akan menghasilkan gerakan halusinasi pada pikiran Anda..
Pencegahan
Sementara kelumpuhan tidur dapat diturunkan secara turun-temurun, hal seperti ini juga bisa terjadi kepada siapa saja. Faktor-faktor seperti kurang tidur, gangguan tidur,
jet lag, dan kerja malam dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kelumpuhan tidur.
Selain itu kelumpuhan tidur juga dikaitkan dengan hipertensi, kejang dan narkolepsi, gangguan tidur yang membuat seseorang kehilangan kendali untuk mengatur siklus tidur sehingga membuat jam tidurnya beracakan.
Jadi, untuk mencoba menghindari kelumpuhan tidur dapat dimulai dengan menghindari tidur dengan tubuh telentang. Hal itu dibuktikan dalam sebuah penelitian yang menybutkan bahwa orang yang tidur dengan posisi tubuh telentang besar kemungkinan mengalami kelumpuhan tidur hingga tiga sampai empat kali.
Tapi, jika Anda sudah terlanjur dan menemukan diri Anda tidak bisa begerak, sebaiknya jangan panik dan fokuskan energi pada jari kaki. Dengan memofuskan energi kepada satu titik sehingga dapat bergerak, hal itu dipercaya bisa mematahkan kelumpuhan tidur, jelas Denis.